Ibu Mertua dan Menantu

“Adam was the luckiest man; he had no mother-in-law.”
Mark Twain quotes (American Humorist, Writer and Lecturer. 1835-1910)


Dear Abe,

Saya baru saja ngobrol dengan ibu kos yang mengeluhkan mantu, financial sampai pendidikan untuk cucu-cucunya. Ngobrol panjang lebar, saya baru melihat sisi lain hubungan anak mantu dan mertuanya. Karena terlalu dicekokin majalah majalah wanita tentang cara cara menghadapi ibu mertua yang ngatur, kami: baca perempuan belum menikah, jadi punya ketakutan tersendiri dan cenderung defensif terhadap ibu – ibu mertua. Tapi mari kita lihat dari lensa yang berbeda. Ibu kos saya melihat keluarga anak laki-lakinya secara financial tidak terarah. Memiliki gaji tinggi tidak membuat anak mantunya memiliki rencana yang jelas, tapi cenderung menghabiskan seluruh penghasilan untuk benda – benda konsumtif dibanding investasi – investasi yang menjanjikan. Dibanding memperbesar usaha kos – kosan yang sudah jelas menghasilkan pemasukan yang lumayan dengan tanah yang masih tersisa sangat luas, anak laki-lakinya sejak menikah tidak ketahuan jelas punya uang atau tidak, tapi lebih sering mengeluh tidak punya uang, yang membuat miris hati ibu kos saya itu



Abe, untuk kali ini saya setuju dengan ibu kos saya itu. Bukan pesta pernikahan saja yang perlu disiapkan tapi rencana financial selanjutnya pun harus dimiliki. Berapa buah hati yang akan hadir dalam lima tahun? Bagaimana pasangan merencanakan matang-matang penghasilannya? Alokasi pengeluaran terbesar apa saja?Adakah sejumlah uang yang ditabung untuk hal-hal yang mendadak? Deposito untuk rencana kepemilikan rumah? Pada kisah anak ibu kos ini, rumah sudah ada, mobil pun sudah dua, jadi saya setuju kalau seharusnya ada investasi buat mereka.



Perencanaan yang baik juga landasan pendidikan yang baik untuk buah hati kita. Berangkat dari perencanaan yang baik, pasangan memiliki komitmen yang sama apa yang boleh dan tidak boleh diberikan pada anak di usia tertentu mereka. Jadi tidak sembarangan menuruti semua keinginan anak.



Saya jadi bisa melihat bahwa setiap ibu pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Ibu mertua atau calon ibu mertua pun pasti menginginkan yang terbaik untuk suami atau pacar kita. Bukannya kita punya keinginan yang sama? Kenapa tidak bekerjasama?

- Beranda kamar kos -

Comments

Popular Posts