Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya -Tentang Kemarahan


"You gain strength, courage, and confidence by every experience in which you really stop to look fear in the face. You must do the thing which you think you cannot do."
Eleanor Roosevelt

Cerita favorit:
Marah bukanlah respon yang cerdas. Orang bijak selalu bahagia, dan orang yang bahagia tak akan marah. Marah, terutamanya, adalah hal yang tak masuk akal. Suatu hari, mobil wihara kami berhenti di lampu merah disamping sebuah mobil lainnya. Saya memperhatikan pengemudi mobil itu memaki- maki lampu merah,’Lampu brengsek!Kau tahu aku ada janji penting! Kau tahu aku sudah terlambat dan kau biarkan mobil di depanku lewat. Dasar babi! Ini juga bukan yang pertama kali!”

Dia menyalahkan lampu merah, seolah-olah si lampu merah punya banyak pilihan. Dia pikir si lampu merah memang sengaja menyakitinya,”Aha! Ini dia datang. Aku tahu dia terlambat. Aku akan membiarkan mobil lain lewat dahulu, lalu …. Merah!Berhenti!Kena dia!” Si lampu merah mungkin tampak jahat, tapi mereka hanyalah lampu merah, itu saja. Apa sih yang Anda harapkan dari sebuah lampu merah? Saya membayangkan orang itu terlambat pulang dan istrinya memakinya, “Kamu suami brengsek! Kamu tahu kita ada janji penting. Kamu tahu tidak boleh terlambat dan kamu malah mendahulukan urusanmu ketimbang aku. Dasar babi! Ini juga bukan yang pertama kali!” Si istri menyalahkan suaminya seolah-olah si suami punya banyak pilihan. Dia pikir suaminya memang sengaja menyakitinya, “ Aha! Aku ada janji penting dengan istriku. Aku akan terlambat.Aku akan bertemu dulu dengan orang lain. Terlambat! Kena dia!” Para suami mungkin tampak jahat, tetapi mereka hanyalah suami, itu saja. Apa sih yang Anda harapkan dari para suami? ….

Tentang Pengarang
Penulis lahir di London, 1951, dan meraih gelar Sarjana Fisika Teori di Cambridge University. Pada usia 23 tahun, ia memutuskan untuk menjadi petapa dalam tradisi hutan Thai. Pada tahun 1983, ia dan kawan-kawannya membangun sebuah biara di Australia, tetapi saking miskinnya, mereka bertukang dan menyemen sendiri. Pada tahun 2004, ia mendapat Medali John Curtin dari Curtin University atas visi, kepemimpinan, dan pelayanannya bagi masyarakat Australia. Ia aktif mengunjungi penjara, rumah sakit, dan
rumah duka untuk memberi penghiburan bagi mereka yang tertekan, sakit, dan berduka. Ia berkeliling dunia untuk berbagi kebahagiaan. Ceramahnya selalu dibanjiri pemirsa dari pelbagai kalangan. Dengan gaya tutur yang ceria dan cerdas, ia mengajak kita untuk menertawakan kebodohan kita sendiri, kadang sampai melampaui zona nyaman rasio dan emosi kita. Selama 35 tahun sebagai petapa, ia menghimpun berbagai kisah yang menyentuh, menggelikan, dan mencerahkan.

Comments

Popular Posts